Kamis, 10 November 2011

Batu Kecil

Seorang pekerja pada proyek bangunan memanjat ke atas tembok yang sangat tinggi. Pada suatu hari ia harus menyampaikan pesan penting kepada teman kerjanya yang ada di bawahnya. Pekerja itu berteriak-teriak, tetapi temannya tidak bisa mendengarnya karena suara bising dari mesin-mesin dan orang-orang yang bekerja, sehingga usahanya sia-sia saja.

Oleh karen itu untuk menarik perhatian orang yang ada di bawahnya, ia mencoba melemparkan uang logam di depan temannya. Temannya berhenti bekerja, mengambil uang itu lalu bekerja kembali. Pekerja itu mencoba lagi, tetapi usahanya yang kedua pun memperoleh hasil yang sama.

Tiba-tiba ia mendapat ide. Ia lalu mengambil batu kecil lalu melemparkannya ke arah orang itu. Betu itu tepat mengenai kepala temannya, dan karena merasa sakit, temannya menengadah ke atas. Sekarang pekerja itu dapat menjatuhkan catatan yang berisi pesannya.

Tuhan kadang-kadang menggunakan cobaan-cobaan ringan untuk membuat kita menengadah kepadaNya. Seringkali Tuhan melimpahi kita dengan rahmat, tetapi itu tidak cukup untuk membuat menengadah kepadaNya. Karena itu, agar kita selalu mengingat kepadaNya, Tuhan sering menjatuhkan “batu kecil” kepada kita.

Nama Baik

Alkisah pada suatu ketika, Angin, Air dan Nama Baik sedang mengadakan perjalanan bersama-sama. Angin, biasa datang terburu-buru seperti orang yang sedang marah. Bisa melompat di sini dan menendang debu di sana. Air berjalan dalam bentuk seorang putri. Ia selalu membawa kendi ditangannya, meneteskan beberapa air di atas tanah sekitarnya. Nama Baik berwujud dalam seorang pemuda yang tampan dengan sikap-sikap yang baik, namun sedikir pemalu.

Mereka saling menyukai, meskipun mereka sangat berbeda satu sama lain. Ketika mereka harus berpisah, mereka bertanya, “Kapan kita bisa bertemu kembali untuk mengadakan perjalanan lagi?”

Angin menjawab, “Engkau akan selalu menemukan aku di puncak gunung-gunung atau melompat-lompat di sekitar kakimu. Meniup debu bisa ke mana kamu pergi.”

Air berkata, “Aku juga akan selalu ada di sekitarmu. Kamu bisa pergi ke laut atau sungai, bahkan ke dapur, untuk menemuiku.”

Nama Baik tidak mengatakan apa-apa. Angin dan Air bertanya, “Nama Baik, kapan dan dimana kita akan bertemu lagi?”

Nama Baik menjawab, “Kamu tidak akan bertemu aku lagi di manapun. Siapa pun yang telah kehilangan aku sekali saja, takkan pernah mendapatkan aku lagi!”

Minggu, 06 November 2011

Orang yang menghalangi Anda

Bagaimana bila ada seseorang sedemikian ngotot menghalangi anda mencapai sukses? Bagaimana bila orang itu juga yang selalu merintangi anda di setiap usaha? Bagaimana perasaan anda terhadap orang itu? bagaimana kalau orang itu selalu muncul sambil membawa segudang alasan untuk mengahalangi anda bertindak?

Bagaimana kalau orang itu ternyata anda sendiri? Boleh jadi, ada kemungkinan, diri sendiri adalah musuh terbesar anda dalam menghalangi dan kegemilangan.
Pernahkah anda memergoki diri anda sendiri berkata “aku tidak mungkin melakukan itu... ? Tidakkah suara kecil itu juga yang selalu merintangi tujuan anda, dan membawa berjubel-jubel alasan ini-itu adalah mustahil?

Keterbatasan yang anda miliki memang meminta anda untuk membatasi diri. Tetapi keputusan tetap di tangan anda. Suara kecil itu silahkan berbicara apa saja.
Relakah anda dipenjara oleh keterbatasan? Tentu tidak. Bayangkan apa yang dapat anda capai bila anda 100% mendukung diri anda sendiri.

Nah silahkan berhenti berkhayal, mulailah kehidupan.

Cangkir Yang Cantik

Sepasang kakek dan nenek pergi belanja di sebuah toko suvenir untuk mencari hadiah buat cucu mereka. Kemudian mata mereka tertuju pada sebuah cangkir yang cantik. “Lihat cangkir itu,” kata si nenek kepada suaminya. “Kamu benar, inilah cangkir tercantik yang pernah aku lihat,” ujar si kakek.

Saat mereka mendekati cangkir itu, tiba-tiba cangkir yang dimaksud berbicara, “Terima kasih untuk perhatiannya, perlu diketahui dulunya aku tidak cantik.  Sebelum menjadi cangkir yang dikagumi, aku hanyalah seonggok tanah liat yang tidak berguna. Namun suatu hari ada seorang pengrajin dengan tangan kotor melempar aku ke sebuah roda berputar.


Kemudian ia mulai memutar-mutar aku hingga aku merasa pusing. Stop! Stop! Aku berteriak, tetapi orang itu berkata “Belum!” lalu ia mulai menyodok dan meninjuku berulang-ulang.


Stop! Stop! Teriakku lagi. Tapi orang ini masih saja meninjuku, tanpa menghiraukan teriakanku. Bahkan lebih buruk lagi ia memasukkan aku ke dalam perapian. Panas! Panas! Teriakku dengan keras. Stop! Cukup! Teriakku lagi. Tapi orang ini berkata “Belum!”


Akhirnya ia mengangkat aku dari perapian itu dan membiarkanku sampai dingin. Aku pikir, selesailah penderitaanku. Oh ternyata belum. Setelah dingin aku diberikan kepada seorang wanita muda dan ia mulai mewarnai aku. Asapnya begitu memualkan. Stop! Stop! Aku berteriak.


Wanita itu berkata “Belum!” lalu ia memberikan aku kepada seorang pria dan ia memasukkan aku lagi ke perapian yang lebih panas dari sebelumnya. Tolong! Hentikan penyiksaan ini! Sambil menangis aku berteriak sekuat-kuatnya. Tapi orang ini tidak peduli dengan teriakanku. Ia terus membakarku. Setelah puas “menyiksaku” kini aku dibiarkan dingin.


Setelah benar-benar dingin, seorang wanita cantik mengangkatku dan menempatkanku dekat kaca. Aku melihat diriku. Aku terkejut sekali. Aku hampir tidak percaya, karena di hadapanku berdiri sebuah cangkir yang begitu cantik. Semua kesakitan dan penderitaanku yang lalu menjadi sirna tatkala kulihat diriku.


Seperti inilah, Tuhan membentuk kita. Pada saat Tuhan membentuk kit, tidaklah menyenangkan, sakit, penuh penderitaan, dan banyak air mata. Tetapi inilah satu-satunya cara bagiNya untuk mengubah kita supaya cantik dan memancarkan kemulian-Nya.


“Anggaplah sebagai suatu kebahagiaan, apabila kamu jatuh ke dalam berbagai percobaan, sebab Anda tahu bahwa ujian terhadap kita mengahsilkan ketekunan. Dan biarkanlah ketekunan itu memperoleh buah yang matang supaya Anda menjadi sempurna dan utuh dan tak kekurangan suatu apapu.”


Apabila Anda sedang menghadapi ujian hidup, jangan kecil hati, karena Dia sedang membentuk Anda. Bentukan-bentukan itu memang menyakitkan tetapi setelah semua proses itu selesai, Anda akan melihat betapa cantiknya Tuhan membentuk Anda.

Misi Hidup Dalam Sebuah Kerja

Seorang wanita tua, bertubuh gemuk, dengan senyum jenaka di sela-sela pipinya yang bulat, duduk menggelar nasi bungkus dagangannya. Segera saja beberapa pekerja bangunan dan kuli angkut yang sudah menunggu sejak tadi mengerubungi dan membuatnya sibuk meladeni. Bagi mereka menu dan rasa bukan soal, yang terpenting adalah harganya yang luar biasa murah.

Hampir-hampir mustahil ada orang yang bisa berdagang dengan harga sedemikian rendah. Lalu apa untungnya? Wanita itu terkekeh menjawab, “Bisa numpang makan dan beli sedikit sabun”. Tapi bukankah ia bisa menaikkan harga sedikit? Sekali lagi ia terkekeh, “Lalu bagaimana kuli-kuli itu bisa beli? Siapa yang mau menyediakan sarapan buat mereka? “ Katanya sambil menunjukkan para lelaki yang kini berlompatan naik ke atas truk pengantar mereka ke tempat kerja.

Ah! Betapa cantiknya, bila sebongkah misi hidup dipadukan dalam sebuah kerja. Orang-orang yang memahami benar kehadiran karyanya, sebagaimana wanita tua di atas, yang bekerja demi setitik kesejahteraan hidup manusia, adalah tiang penyangga yang menahan langit agar tak runtuh. Merekalah beludru halus yang membuat jalana hidup yang tampak keras berbatu ini menjadi lembut bahkan mengobati luka. Bukankah demikian tugas kita dalam bekerja: menghadirkan secercah kesejahteraan bagi sesama.